Pagi itu, di warung kopi yang ramai, aku duduk sambil menikmati segelas kopi hangat dan sepiring gorengan. Di sekelilingku, banyak mahasiswa yang asyik bercengkerama tentang kehidupan kampus, salah satunya tentang fenomena joki skripsi yang lagi marak.
“Nggak ngerti deh, kenapa banyak yang pake joki skripsi. Bukannya itu sama aja kayak nyontek ya?” kata salah satu mahasiswa yang duduk di sebelahku. Obrolan mereka bikin aku merenung. Memang sih, joki skripsi itu terdengar seperti solusi instan buat yang lagi kepepet. Tapi, kalau dipikir-pikir lebih dalam, banyak banget alasan kenapa itu bukan jalan yang baik.
Kuliah itu kan nggak cuma buat dapetin selembar ijazah, tapi juga buat nambah ilmu dan wawasan. Sayang banget kalau kesempatan belajar itu hilang begitu aja cuma gara-gara malas ngerjain skripsi sendiri. Sama kayak junk food, enak di lidah tapi nggak baik buat kesehatan. Ngerjain skripsi sendiri, meskipun susah, itu kesempatan buat belajar dan tumbuh.
Selain itu, ada risiko besar yang ngintai. Bayangin aja kalau tiba-tiba kamu ketahuan pake joki skripsi. Bisa-bisa kena sanksi dari kampus, bahkan dikeluarin. Sama aja kayak beli makanan dari tempat yang nggak jelas, siapa yang bisa jamin kualitasnya? Kalau skripsimu nggak sesuai sama standar kampus, ujung-ujungnya malah bikin ribet sendiri, harus revisi sana-sini.
Di dunia yang serba kompetitif ini, integritas dan etika itu penting banget. Pake joki skripsi sama aja kayak nyolong usaha orang lain. Reputasimu di masa depan bisa dipertaruhkan cuma gara-gara keputusan impulsif yang nggak dipikir matang-matang. Lebih baik kita belajar jujur dan kerja keras dari sekarang.
Selain itu, ngerjain skripsi sendiri itu bisa bikin kita lebih percaya diri. Kita bisa lebih bangga sama hasil kerja keras sendiri, dan itu bakal jadi pengalaman berharga di masa depan. Sama kayak olahraga rutin, awalnya berat, tapi hasilnya sepadan buat tubuh kita.
Aku teringat dengan nasihat dosen pembimbingku yang selalu menekankan pentingnya proses belajar dalam menyusun skripsi. Beliau bilang bahwa skripsi bukan hanya tentang menyelesaikan tugas akhir, tetapi juga tentang melatih kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah. Aku menyadari, kalau aku terus-terusan mengandalkan jalan pintas, aku nggak akan pernah mendapatkan manfaat sepenuhnya dari pengalaman ini.
Setelah dari warung kopi, dalam perjalanan pulang, aku melihat sekelompok mahasiswa lain yang tampak gelisah sambil membahas deadline skripsi yang semakin dekat. “Aduh, tinggal dua minggu lagi, tapi masih banyak yang belum selesai!” keluh salah satu dari mereka. Aku paham banget rasanya, karena ada di posisi itu. Tapi sekarang, dengan pemahaman baru tentang pentingnya ngerjain skripsi sendiri, aku merasa lebih termotivasi untuk menyelesaikan tugasku dengan cara yang benar.
Sesampainya di rumah, aku langsung duduk di depan laptop, membuka file skripsiku, dan mulai menulis dengan semangat baru. Setiap kali aku merasa buntu atau kelelahan, aku ingat obrolan di warung tadi. Aku yakin bahwa kerja keras dan ketekunan ini pada akhirnya akan terbayar. Meskipun perjalanan ini menantang, aku tahu bahwa kemampuan dan pengetahuan yang kudapatkan selama proses ini akan sangat berharga untuk masa depanku.
Malam itu, ketika aku mulai mengetik bagian kesimpulan dari skripsiku, aku tersenyum sendiri. Meskipun perjalanan ini panjang dan penuh tantangan, aku tahu bahwa keputusan untuk tidak menggunakan joki skripsi adalah langkah yang tepat. Aku merasa lebih percaya diri dan bangga dengan hasil kerja kerasku. Aku sadar bahwa skripsi ini bukan hanya sekadar dokumen akademis, tetapi juga bukti dari kemampuan dan dedikasi yang telah kubangun selama ini. Dengan semangat baru dan tekad yang kuat, aku yakin bahwa perjalanan ini akan membawaku ke tempat yang lebih baik, baik dalam karier maupun kehidupan pribadi. Dan saat nanti hari wisuda tiba, aku bisa berdiri dengan bangga, mengetahui bahwa aku berhasil menyelesaikan skripsi ini dengan usaha dan jerih payah sendiri. Semangat untuk semua yang sedang berjuang dengan skripsi! Kalian bisa melakukannya.
Penulis: Pradipta